Al-Qur’an, Satu-Satunya yang Tak Bisa Diubah

Redaksi

Oleh: Azis Chemoth|Saromben.com

“Di dunia hanya satu yang tak bisa diubah, yaitu Al-Qur’an,” ujar Dr. Mohammad Faris, S.Ag., M.Pd.I. dalam sebuah kesempatan di acara santai di lantai rumahnya di Mangaran bersama Lora Zainur Ridho dari Ponpes Misbahul Hidayah Suboh. Kalimat singkat itu menyimpan makna mendalam yang layak direnungkan.(17/8/2025)

Sejak diturunkan lebih dari 14 abad lalu, Al-Qur’an tetap terjaga dalam kemurniannya. Kitab suci umat Islam ini tidak hanya menjadi pedoman hidup, tetapi juga bukti nyata janji Allah bahwa wahyu-Nya akan senantiasa terlindungi dari perubahan, penambahan, maupun pengurangan. Dalam sejarah panjang peradaban, banyak kitab dan naskah kuno yang mengalami revisi, penyusunan ulang, atau bahkan hilang ditelan zaman. Namun Al-Qur’an tetap sama, dari generasi ke generasi, dari satu penjuru dunia ke penjuru lainnya.

Fenomena ini bukan hanya soal keyakinan, melainkan fakta yang dapat dibuktikan. Jutaan umat Islam di seluruh dunia menghafal Al-Qur’an ayat demi ayat, huruf demi huruf. Dari anak-anak di pelosok desa hingga para ulama besar di pusat kota, semuanya menjaga bacaan yang sama, tanpa perbedaan sedikit pun. Inilah salah satu cara Allah menepati janji-Nya: memelihara Al-Qur’an melalui hati dan lisan hamba-hamba-Nya.

Di era modern, ketika segala sesuatu bisa dimanipulasi, diubah, bahkan direkayasa dengan teknologi, Al-Qur’an tetap kokoh sebagai satu-satunya teks suci yang tak tersentuh tangan manusia. Kekuatan ini menegaskan bahwa Al-Qur’an bukanlah sekadar kitab bacaan, melainkan cahaya petunjuk yang abadi. Setiap ayatnya memberi arah, memperbaiki akhlak, dan menuntun manusia menuju kebenaran sejati.

Apa yang disampaikan Dr. Mohammad Faris, S.Ag., M.Pd.I. sejatinya adalah pengingat. Di dunia yang terus berubah, tempat nilai-nilai bergeser dan manusia sering terseret arus zaman, hanya Al-Qur’an yang tetap, teguh, dan tak tergoyahkan. Ia menjadi jangkar spiritual, tempat kita kembali ketika bingung, gelisah, atau kehilangan arah.

Baca Juga:
Kenyang Sendiri, Lapar Bersama: Ujian Keimanan di Meja Makan

Karena itu, tugas kita bukan sekadar mengakui keabadian Al-Qur’an, tetapi juga menghidupkannya dalam keseharian. Membaca, memahami, dan mengamalkan isinya agar kita tidak hanya menjaga lafaz, melainkan juga mewujudkan makna.

Sejarah membuktikan, peradaban yang berpegang teguh pada Al-Qur’an akan kuat, bermartabat, dan penuh keberkahan. Sementara bangsa atau individu yang menjauhi petunjuknya akan kehilangan arah dan mudah terombang-ambing dalam gelombang kehidupan.

Pesan Dr. Mohammad Faris, S.Ag., M.Pd.I. hendaknya kita jadikan pegangan: di dunia memang banyak hal bisa berubah, tetapi jangan sampai kita lupa bahwa ada satu hal yang abadi, tak bisa diubah, dan menjadi sumber kebenaran sejati yaitu Al-Qur’an.