Oleh: Azis Chemoth, Pemerhati Politik Islam
Tanjung Sari Timur, 2 Oktober 2025 – Partai Persatuan Pembangunan (PPP), partai Islam tertua dengan lambang Ka’bah, kini berada di persimpangan kritis. Pemilih generasi Z semakin dominan, sementara persaingan dari PKB dan PKS kian sengit. PPP harus memilih: bertahan dengan cara lama atau bertransformasi total agar relevan di era politik digital.
Sejarah dan Tantangan PPP
PPP lahir pada 1973 melalui fusi empat partai Islam: NU, Parmusi, PSII, dan Perti. Selama Orde Baru, partai ini menjadi oposisi utama Golkar, dengan lambang Ka’bah sebagai simbol perjuangan umat. Memasuki era Reformasi, PPP menghadapi dualisme kepemimpinan dan penurunan suara, membuat partai ini berada di persimpangan antara sejarah panjang dan kebutuhan inovasi digital.

Persaingan Politik Islam
Di ranah partai Islam, PPP tidak sendiri. PKB menguasai basis NU dengan jaringan pesantren yang kuat, sementara PKS solid di kalangan muslim perkotaan dan kelas menengah.
Menurut pengamat politik: “PPP harus jelas identitasnya. Kalau hanya menjadi bayangan PKB, mereka sulit bertahan.”
Artikel terkait PKB ~ /artikel/pkb-basis-nu
Artikel terkait PKS ~ /artikel/pks-pemilih-perkotaan
Strategi Menarik Generasi Z
PPP kini menargetkan generasi Z dan santri muda yang melek digital. Strategi termasuk pesantren digital, program ekonomi syariah bagi UMKM muda, serta konten kreatif di TikTok, YouTube, dan Instagram yang melibatkan ustaz dan influencer muda. Langkah ini diharapkan membuat PPP tampil segar dan relevan bagi pemilih baru.

Modal dan Terobosan yang Dibutuhkan
Meski memiliki sejarah panjang, basis pesantren, dan jaringan tokoh agama, PPP butuh terobosan. Rebranding digital, meredam konflik internal, membangun kolaborasi dengan ormas Islam modern, serta menawarkan program pendidikan dan lapangan kerja menjadi kunci kesuksesan.
Menuju Pemilu 2029
Dengan waktu kurang dari empat tahun menuju Pemilu 2029, PPP dituntut bergerak cepat. Era digital menuntut partai politik tidak hanya hadir, tapi aktif dan relevan di ruang publik virtual. Pertanyaannya: apakah partai Ka’bah ini akan bangkit sebagai kekuatan politik Islam modern, atau perlahan tenggelam di balik PKB dan PKS?
Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis sebagai pecinta Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Isi artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan sikap atau kebijakan redaksi.
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menghadapi tantangan terbesar: mempertahankan basis tradisional atau menyesuaikan diri dengan generasi Z di era politik digital. Simak strategi, peluang, dan risiko partai Ka’bah menuju Pemilu 2029.
PPP, Partai Persatuan Pembangunan, Pemilu 2029, generasi Z, politik digital.
PKB, PKS, pesantren digital, ekonomi syariah, partai Islam