Opini  

Tambang Ilegal, Alam Situbondo Menjerit

Redaksi

Oleh: Saromben.com

Situbondo, yang dikenal sebagai kota santri dengan keindahan alamnya, kini menghadapi luka yang kian dalam. Aktivitas tambang ilegal, yang terus berlangsung tanpa pengawasan berarti, telah mengoyak wajah bumi pertiwi di ujung timur Tapal Kuda ini. Bukit-bukit terkikis, sungai dipenuhi lumpur, dan desa-desa menanggung resiko bencana yang semakin nyata.

Ironisnya, aktivitas tersebut seolah tak terlihat oleh aparatur berwenang,padahal suara mesin tambang terdengar jelas di telinga masyarakat. Dinas terkait pun diam, seakan alam Situbondo tak lebih dari barang dagangan yang bisa dipreteli seenaknya.

Padahal, kerusakan lingkungan bukan hanya soal estetika. Ia adalah ancaman nyata terhadap keberlangsungan hidup warga. Air bersih menjadi sulit, tanah pertanian kehilangan kesuburan, dan ekosistem rusak. Jika dibiarkan, generasi mendatang hanya akan mewarisi tanah gersang dan sungai mati.

Kita bisa belajar dari banyak daerah di Indonesia: tambang ilegal selalu menyisakan jejak panjang penderitaan. Bencana banjir bandang di berbagai wilayah adalah bukti nyata bahwa kerakusan manusia berbalas murka alam. Situbondo tidak boleh menunggu sampai bencana datang baru menyesalinya.

Namun, opini ini bukan sekadar kritik. Kami ingin mengajak seluruh pihak untuk kembali menata arah. Aparat hukum mesti hadir dengan keberanian, pemerintah harus menegakkan aturan, dan masyarakat jangan terjebak pada keuntungan sesaat. Ada jalan lain: pengelolaan sumber daya alam yang bijak, berbasis kearifan lokal dan keberlanjutan.

Alam Situbondo bukan milik segelintir orang, melainkan warisan bersama. Menjaganya adalah bagian dari ibadah, bentuk cinta pada tanah kelahiran, dan tanggung jawab moral kita semua.

Mari hentikan pembiaran ini. Mari bersuara lebih lantang, bukan hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk masa depan anak cucu Situbondo.

Baca Juga:
"Semut dan Gajah: Kisah Kecil Melawan Besar"