Opini  

“Semut dan Gajah: Kisah Kecil Melawan Besar”

Redaksi

Dalam banyak kisah, semut dan gajah bukanlah lawan seimbang. Gajah besar, kuat, dan menggetarkan bumi saat melangkah. Semut kecil, nyaris tak terlihat, sering diabaikan. Namun, sejarah dan realita hari ini telah berkali-kali menunjukkan bahwa yang kecil pun bisa menggigit dengan perih.

Di dunia sosial dan politik, “semut” bisa berarti rakyat biasa, aktivis, atau lembaga kecil yang terus bersuara. Sementara “gajah” sering menjelma dalam bentuk kekuasaan besar, anggaran jumbo, dan sikap arogan. Masalahnya, jika gajah mulai menginjak sembarangan, bukan mustahil semut-semut yang terusik akan mencari celah untuk menggigit balik meski dari liang tersembunyi.

Dalam negara demokrasi, semut tidak boleh dilenyapkan hanya karena ukurannya. Sebaliknya, gajah pun harus belajar bahwa kekuatan sejati tak diukur dari besar tubuh, tapi dari kepekaan terhadap yang lemah.

Jangan remehkan semut. Dalam diamnya, ia menyusun barisan. Dalam kesabarannya, ia menyimpan kekuatan.

Baca Juga:
Fenomena Sok Suci: Benci Wartawan & LSM, Tapi Diam-Diam Butuh
Penulis: Azis Chemoth