Vietnam – Agustus 2025
Pewarta: Azis Chemoth | Saromben.com
Kisah perjalanan bisnis HRM Khalilur R Abdullah Sahlawiy menyimpan banyak hikmah. Pengusaha visioner yang dikenal dalam bidang tambang dan perikanan ini kembali dihadapkan pada peluang emas di sektor pertanian, khususnya perdagangan beras bidang yang dulu sempat ia tolak karena kejenuhan masa kecil di tengah sawah.
“Saya orang dusun. Rumah saya dikelilingi sawah milik Eyang. Dulu saya jenuh dengan dunia persawahan,” kenangnya, sambil tertawa saat mengenang ajakan bisnis beras pada 2015 silam di Vietnam.
Namun kini, tepat satu dekade setelahnya, ajakan serupa datang lagi bukan dari sembarang pihak, melainkan dari jejaring pengusaha besar Vietnam yang juga menjadi mitra dagangnya dalam usaha batubara dan budidaya lobster. Ketiga sektor ini beras, batubara, dan lobster adalah tulang punggung hubungan dagang terbesar antara Indonesia dan Vietnam.
Sebagai anak petani,dan saksi hidup jatuh bangunnya harga gabah saat panen, HRM Khalilur menegaskan sikapnya: Anti Impor Beras CBP (Cadangan Beras Pemerintah).
“Impor beras CBP hanya menghancurkan harga gabah petani lokal. Itu yang saya lawan,” tegasnya.
Namun, ia membedakan antara CBP dan beras khusus kategori premium dengan harga Rp25.000 hingga Rp65.000 per kilogram, yang tidak banyak diproduksi petani lokal. Berdagang beras khusus, menurutnya, justru membuka peluang pasar tanpa menyakiti petani dalam negeri.
Pemerintah RI pun membuka ruang untuk itu. Tahun 2025, kuota impor beras khusus ditetapkan sekitar 420.000 ton.
Dalam kunjungannya ke Provinsi Dong Thap, An Giang, dan Can Tho tiga daerah lumbung padi di Vietnam Selatan HRM Khalilur menyaksikan ribuan pabrik penggilingan padi beroperasi masif.
Pengalaman ini membangkitkan kembali cita-citanya yang sempat tertunda: menjadi petani besar dan membangun pabrik padi di berbagai kabupaten di Indonesia. Bahkan, ia terinspirasi untuk mencetak jutaan hektar sawah baru seperti yang telah dilakukan para konglomerat di Papua.
“Induk perusahaan pertanian yang saya bentuk sejak lebih dari 10 tahun lalu, kini siap saya kembangkan kembali: BAPANTARA GRUP (Bandar Pangan Nusantara Grup),” ujarnya penuh semangat.
Dengan 18 anak perusahaan di bawah BAPANTARA GRUP yang siap dikibarkan di seluruh Nusantara, ia menegaskan tekadnya: tidak boleh ada warga Indonesia yang kelaparan di negeri yang seharusnya menjadi lumbung pangan dunia.
“Bismillah. Di negara agraris seperti Indonesia, tidak boleh ada rakyat yang tak mampu beli beras.”
Dengan semangat keadilan sosial, perjalanan HRM Khalilur bukan sekadar bisnis, tapi panggilan jiwa: mengembalikan kejayaan petani dan kedaulatan pangan di tanah air tercinta.