Opini  

Fenomena Sok Suci: Benci Wartawan & LSM, Tapi Diam-Diam Butuh

Redaksi

Oleh: Azis Chemoth|Saromben.com

Di warung kopi, mereka dihina. Di grup WhatsApp, mereka dicaci. Tapi saat masalah datang, wartawan dan LSM justru jadi orang pertama yang dicari. Fenomena ini sudah jadi budaya kita ironis sekaligus lucu.

Di negeri ini, wartawan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menempati posisi unik: dibenci karena dianggap merepotkan, tapi dicari mati-matian saat masalah menimpa. Kita menghina mereka di pagi hari, tapi sore harinya bisa memohon-mohon bantuan. Ironis? Tidak. Ini sudah jadi budaya.

Pagi-pagi, di warung kopi, orang mengeluh: “Wartawan itu cuma cari sensasi!”
Siang di grup WhatsApp, muncul komentar lain: “LSM itu cuma cari proyek!”
Namun, ketika tanah hendak diserobot, proyek dibegal oknum, atau kasus tak kunjung diusut, mereka yang tadi menghina langsung mencari nomor wartawan dan LSM.

Ironisnya, image buruk itu sering lahir dari perilaku oknum. Ada wartawan malas riset, lebih mementingkan klik ketimbang akurasi. Ada LSM yang hanya aktif saat ada dana proyek. Tetapi masyarakat pun tak sepenuhnya bersih. Banyak yang tepuk tangan saat wartawan membongkar korupsi pihak lain, namun marah besar ketika pemberitaan menyentuh wilayahnya. Begitu pula dengan LSM dipuji saat membela petani, dicaci saat menggugat proyek yang memberi mereka pekerjaan.

Saling tuding pun terjadi. Wartawan menuding warga munafik. LSM menuding warga hanya peduli jika perutnya lapar. Warga menuding wartawan dan LSM sama saja, bekerja jika ada uang. Faktanya, semua pihak punya oknum, semua punya malaikat. Bedanya, yang oknum selalu lebih laris diberitakan, sementara yang malaikat jarang terdengar.

Pada akhirnya, kita semua sama-sama pemain dalam drama ini. Wartawan, LSM, maupun masyarakat, punya catatan baik dan buruknya masing-masing. Bedanya, sebagian mau mengakuinya, sebagian lagi sibuk menuding. Tapi sebelum jari kita kembali mengarah ke orang lain, mungkin lebih bijak jika kita angkat cermin dan menatap wajah sendiri. Siapa tahu, orang yang selama ini kita benci, sebenarnya hanya memantulkan sifat kita sendiri.

Baca Juga:
"Semut dan Gajah: Kisah Kecil Melawan Besar"