Ratu Gede Mecaling Dalem Ped: Penjaga Niskala dari Nusa Penida

Redaksi

Nusa Penida – Saromben.com

Di balik tebing karang dan deburan ombak Nusa Penida, tersimpan satu nama yang begitu sakral di hati umat Hindu Bali: Ratu Gede Mecaling. Beliau bukan sekadar sosok mistis, tetapi dipercaya sebagai penjaga antara dunia sekala (nyata) dan niskala (gaib). Sosok yang kerap digambarkan besar dan menyeramkan ini justru diyakini sebagai pelindung dari gangguan energi negatif.

Nama Dalem Ped melekat karena pura utama tempat pemujaannya berada di Pura Dalem Ped, Nusa Penida. Di sinilah umat dari berbagai penjuru Bali datang memanjatkan doa, terutama saat piodalan besar yang jatuh setiap 210 hari sekali pada Hari Anggara Kasih Medangsia dalam kalender Bali.

Pura ini tak pernah sepi peziarah. Mereka datang membawa harapan akan perlindungan dari santet, pagebluk (wabah), maupun gangguan makhluk halus. Dalam keyakinan masyarakat, Ratu Gede Mecaling adalah raja alam niskala yang menjaga batas antara terang dan gelap.

“Beliau bukan sosok yang harus ditakuti, tapi dihormati. Karena Ratu Gede Mecaling itu penjaga keseimbangan semesta,”
ujar I Gusti Putu Wirawan saat bincang-bincang dengan Saromben.com di Padepokan Surya Kanta.

“Kalau tidak ada yang menjaga batas antara terang dan gelap, hidup manusia bisa porak-poranda,” tambahnya.

Wujud beliau kerap digambarkan bertubuh besar, bermata merah menyala, mengenakan pakaian hitam serta hiasan tengkorak. Tapi ini bukan lambang kejahatan, melainkan simbol kekuatan pelindung. Ia diyakini mampu menangkal segala bentuk kekuatan jahat yang mengganggu manusia.

Dalam tradisi spiritual Bali, Ratu Gede Mecaling dikenal pula sebagai pemimpin para leak. Namun perannya bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk mengendalikan kekuatan niskala agar tidak merusak keseimbangan hidup manusia.

Dalam pertunjukan sakral seperti Barong dan Rangda, masyarakat Bali diajarkan tentang keseimbangan alam semesta. Di situlah sosok seperti Ratu Gede Mecaling hadir sebagai penjaga batas antara dharma (kebaikan) dan adharma (kejahatan). Ia bukan sekadar simbol, tapi menjadi representasi nyata dari kekuatan spiritual yang hidup dalam kepercayaan umat.

Baca Juga:
Kelangkaan Bensin di Situbondo: Benarkah Pengepul dari Jember yang Memborong?

Meski berwujud menyeramkan, umat Hindu Bali memuliakan beliau sebagai bagian dari tatanan kosmos. Sebab dalam kehidupan masyarakat Bali, antara dunia nyata (sekala) dan dunia gaib (niskala) harus selalu selaras. Dan di antara keduanya, Ratu Gede Mecaling berdiri sebagai penjaga.

Di tengah derasnya arus modernitas, kepercayaan ini tetap tumbuh. Menjadi pengingat bahwa di balik hiruk-pikuk dunia nyata, ada dunia lain yang tak kasat mata yang juga perlu dihormati dan dijaga keseimbangannya.

Penulis: Azis Chemoth