KH. Ramok Segoro Tekankan Ketajaman Rasa dan Akhlak dalam Walimatul ‘Ursy & Walimatul Hamli di Tanjung Sari Timur

Segoro Situbondo ~ Rangkaian acara Walimatul ‘Ursy dan Walimatul Hamli di kediaman Bapak Asrim dan Ibu Ratiba, Dusun Tanjung Sari Timur, Desa Tanjung Kamal, Kecamatan Mangaran, Situbondo, pada Senin, 1 Desember 2025, berlangsung dengan suasana yang hangat, penuh kekhidmatan, dan bernuansa spiritual yang kuat. Acara tersebut diselenggarakan sebagai ungkapan syukur atas pernikahan Imam Tolak Mohammad Dandi, putra setempat, dengan Siti Rosita dari Kabupaten Jember.

Selain sebagai ajang silaturahmi keluarga besar, momentum itu juga menjadi ruang penyegaran batin bagi masyarakat sekitar karena menghadirkan Kiai karismatik yang kini menjadi rujukan spiritual warga pesisir utara Mangaran, Situbondo: KH. Munawwir Asyaddili, atau yang lebih populer di tengah masyarakat dengan julukan Kiai Ramok Segoro. Kehadirannya disambut hangat oleh para tamu, tidak hanya karena wibawa keilmuannya, tetapi juga karena gaya dakwahnya yang khas, lembut, mendalam, dan mudah meresap ke dalam hati.

Pesan Moral: Manusia dan Empat Wataknya

Segoro

Dalam tausiyahnya yang panjang namun mengalir, Kiai Ramok Segoro mengawali ceramah dengan perenungan mengenai hakikat penciptaan manusia. Beliau menegaskan bahwa manusia diciptakan Allah dengan membawa keberagaman watak. Tidak semuanya buruk, dan tidak semuanya baik; namun setiap manusia diberi kemampuan untuk memilih, mengendalikan, dan mengarahkan wataknya agar menjadi pribadi yang utuh.

Untuk memperjelas, beliau menguraikan empat jenis watak yang menurutnya sering tinggal di dalam diri manusia:

1. Watak Makhluk Api Neraka

Watak ini ditandai dengan hati yang selalu panas, mudah tersulut emosi, dan menyimpan ketidaksenangan melihat kebahagiaan orang lain. Menurut beliau, watak ini menjadi akar bagi munculnya iri, dengki, dan kebiasaan memfitnah.

2. Watak Hewan

Watak ini menggambarkan sifat-sifat yang tidak membawa akhlak: tidak sopan santun, tidak beretika, dan tidak mengenal batas moral. Orang yang dikuasai watak ini cenderung bertindak semaunya, tidak peduli pada perasaan dan kepentingan orang lain.

Baca Juga:
Dr. Ir. Guntur Priambodo Resmi Dilantik sebagai Sekda Banyuwangi

3. Watak Setan

Watak ini, kata beliau, adalah watak yang tidak pernah merasa cukup, selalu haus dan lapar terhadap dunia, serakah, dan tidak mau bersyukur. Kiai Ramok mengingatkan bahwa watak ini adalah yang paling berbahaya karena sanggup membuat manusia kehilangan arah dan menuhankan hawa nafsu.

4. Watak Manusia

Watak inilah yang menjadi fitrah manusia: berakhlak, beretika, memiliki rasa malu, serta patuh kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Watak ini pula yang mengangkat derajat manusia melebihi makhluk lain.

“Derajat seseorang ditentukan dari watak mana yang ia pilih untuk menjadi pimpinannya,” tegas Kiai Ramok. “Jika watak manusia menjadi nakhoda, hidupnya akan tenang. Jika tidak, maka ia akan menjadi budak dari watak-watak yang merusaknya.”

Kidung Nasihat: Ciri Khas Dakwah Kiai Ramok Segoro

Segoro

Usai menyampaikan uraian tersebut, Kiai Ramok Segoro melantunkan kidung nasihat. Alunan suara beliau terdengar lembut namun kuat, menciptakan suasana yang membuat seluruh hadirin larut dalam keheningan spiritual.

Kidung itu berisi ajakan agar manusia menjalani kehidupan dengan penuh kehati-hatian, waspada terhadap godaan hawa nafsu, dan senantiasa manut kepada kehendak Allah. Para jamaah, yang sejak awal sudah duduk dengan tertib, tampak lebih khusyuk ketika lantunan kidung mulai mengalun.

Bagi masyarakat Situbondo, kidung dari Kiai Ramok bukan sekadar nyanyian; melainkan pintu masuk untuk menyentuh rasa, membuka mata batin, dan mengingatkan kembali akan nilai-nilai hidup yang sering diabaikan.

Hadis Qudsi: Mengenal Diri, Mengenal Tuhan

Segoro

Setelah suasana benar-benar hening, Kiai Ramok menyampaikan inti dari tausiyahnya: sebuah hadis qudsi yang sangat terkenal di kalangan sufi dan para pencari jalan Tuhan.

“Man ‘arafa nafsahu faqod ‘arafa Rabbahu”

Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya.

Baca Juga:
MAPABA PMII RAYON KONSTITUSI KE–X MENJADI ARENA TRANSFORMASI KADER DI BALAI DESA POKAAN

Menurut beliau, mengenal diri adalah perjalanan yang panjang, tetapi justru perjalanan itulah yang menentukan kualitas hubungan seseorang dengan Allah. Mengenal diri berarti memahami tabiat, batas kemampuan, potensi kemuliaan, dan potensi kehancuran dalam diri.

“Gunakanlah rasa agar tidak suka bertengkar,” tuturnya. Rasa, bagi beliau, bukan sekadar perasaan, melainkan kecerdasan batin, kemampuan untuk memahami situasi, mengukur dampak ucapan, serta menimbang konsekuensi perbuatan.

Manusia sering bertengkar karena tidak mampu menggunakan rasa. Rasa adalah rem, sekaligus penerang jalan. Tanpa rasa, manusia mudah terpancing emosi, mudah disulut isu, dan mudah terseret konflik yang tak perlu.

Acara yang Anggun dan Penuh Keberkahan

Segoro

Acara Walimatul ‘Ursy dan Walimatul Hamli dihadiri juga kepala desa Tanjung Kamal (H.Maulana Ashar), Kadus Tanjung Sari Timur (Rahwini), Ketua Rt (Isma’il), dan Agus Supyan, serta para pemuda, masyarakat setempat, hingga warga luar desa. Banyak yang datang bukan hanya untuk memberi selamat kepada pasangan pengantin, tetapi juga untuk mendapatkan wejangan dari Kiai Ramok Segoro.

Sambutan hangat, hidangan sederhana namun penuh keakraban, serta suasana kekeluargaan membuat acara semakin hidup. Namun yang paling membekas adalah pesan-pesan moral yang disampaikan dengan bahasa yang lembut tetapi tegas.

Kiai Ramok memohon kepada Allah agar pernikahan Imam Tolak Mohammad Dandi dan Siti Rosita menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warahmah, diberi kelapangan rezeki, keturunan yang saleh dan salihah, serta dijauhkan dari segala bentuk fitnah dan musibah.

Acara kemudian diakhiri dengan bersalaman, pertanda bahwa kebersamaan dan kedamaian masih menjadi nilai utama dalam masyarakat Tanjung Sari Timur