Pewarta: Randa | Saromben.com
Situbondo, Tanjung Kamal. Perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia setiap bulan Agustus selalu diwarnai berbagai lomba dan pertunjukan rakyat. Salah satu yang paling dinantikan adalah gerak jalan unik pawai jalan kaki dengan kostum dan gaya berjalan kreatif yang selalu menarik perhatian warga.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, tradisi ini memunculkan perdebatan. Banyak peserta memilih kostum yang sama sekali tidak berkaitan dengan sejarah kemerdekaan, mulai dari karakter badut, tokoh fiksi, hingga gaya fashion show ala internasional.
Bagi sebagian warga, tren ini dianggap sebagai bentuk kebebasan berekspresi sekaligus cara meramaikan suasana. “Yang penting semangatnya ada, meskipun kostumnya aneh-aneh,” ujar salah satu peserta sambil tersenyum.
Sebaliknya, sejumlah pengamat budaya menilai pergeseran ini berisiko mengaburkan makna peringatan kemerdekaan. “Gerak jalan unik boleh saja, tapi tetap harus ada pesan historisnya. Kalau semua jadi sekadar hiburan, kita bisa kehilangan konteks perjuangan yang sebenarnya,” kata seorang pemerhati sejarah lokal kepada wartawan, Sabtu (9/8/2025).
Ia menegaskan bahwa kemerdekaan tidak lahir dari sekadar kegembiraan, melainkan dari pengorbanan dan perjuangan panjang para pendiri bangsa. “Kalau simbol perjuangan tertutupi oleh kegaduhan kostum, yang kita rayakan tinggal kemerdekaan dari kesadaran itu sendiri,” tambahnya.
Perdebatan ini mencerminkan bahwa tradisi Agustusan terus berevolusi. Di satu sisi, ia menjadi lebih inklusif dan menghibur; di sisi lain, ada tantangan untuk tetap menjaga esensi sejarah kemerdekaan di tengah karnaval kreativitas yang semakin berwarna.