Istilah “googling” sudah lama menjadi sinonim dari aktivitas mencari informasi di internet. Google telah menjadi pintu utama dalam menjelajahi dunia maya, digunakan oleh miliaran orang setiap harinya. Namun, dominasi tersebut mulai mendapat tantangan serius, terutama dari arah yang mungkin tidak diduga sebelumnya: kecerdasan buatan dan perubahan pola perilaku digital Generasi Z.
Perkembangan teknologi AI, khususnya dalam bentuk chatbot seperti ChatGPT, telah mulai mengubah cara orang mengakses informasi. Di sisi lain, generasi muda seperti Gen Z menunjukkan preferensi yang semakin kuat terhadap pencarian berbasis visual dan instan melalui media sosial seperti TikTok dan Instagram. Fenomena ini menjadi tanda bahwa lanskap pencarian informasi sedang mengalami pergeseran besar.
Kecerdasan Buatan
Saat ini, AI bukan lagi hanya tentang robot atau algoritma canggih yang bekerja di belakang layar. Platform seperti ChatGPT dari OpenAI telah membuka cara baru dalam mengakses pengetahuan. Tak heran jika penggunaannya meningkat drastis, terutama di kalangan Gen Z.
Sebuah survei oleh Google Workspace menemukan bahwa sebanyak 93% responden Gen Z yang berusia antara 22 hingga 27 tahun menggunakan setidaknya dua alat berbasis AI setiap minggunya. Tak hanya untuk hiburan atau eksplorasi, AI kini telah menjadi bagian integral dalam produktivitas kerja. Laporan dari Adobe Analytics menyebutkan bahwa sekitar 75% pekerja Gen Z menggunakan AI generatif dalam aktivitas profesional mereka.
Dengan AI, informasi bisa disajikan secara instan, tanpa perlu membuka berbagai halaman atau menyaring konten dari berbagai sumber. Ini menjadi nilai tambah yang signifikan di tengah ritme hidup yang serba cepat saat ini.
Google Berinovasi
Tentu saja, Google tidak tinggal diam melihat gelombang baru ini. Perusahaan raksasa ini mulai mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam sistem pencariannya. Fitur terbaru seperti AI Overview yang dihadirkan melalui integrasi Gemini AI bertujuan untuk memberikan jawaban langsung atas pertanyaan pengguna, mirip dengan cara kerja ChatGPT.
Jika dahulu pengguna perlu mengeklik berbagai tautan untuk mendapatkan jawaban, kini informasi kunci langsung ditampilkan di bagian atas halaman hasil pencarian. Google memahami bahwa kecepatan dan kenyamanan menjadi hal yang sangat dihargai oleh pengguna, terutama kalangan muda.
Sebagai contoh, ketika pengguna mengetik pertanyaan seperti “cara membuat resume menarik,” hasil AI Overview akan memberikan panduan langsung berupa poin-poin penting, bahkan mungkin disertai dengan template visual yang bisa diakses seketika.
Pergeseran dari Kata ke Visual
Namun, tantangan bagi Google tidak hanya datang dari teknologi AI seperti ChatGPT. Gaya hidup digital Gen Z yang sangat visual juga menjadi ujian tersendiri. Riset menunjukkan bahwa Gen Z menggunakan Google 25% lebih sedikit dibandingkan Generasi X. Mereka cenderung lebih memilih platform berbasis visual untuk mencari informasi yang berkaitan dengan gaya hidup, tren, dan hiburan.
Sebanyak 46% Gen Z lebih suka menggunakan media sosial seperti TikTok dan Instagram untuk menemukan informasi dibandingkan menggunakan mesin pencari tradisional. Hal ini tidak terlepas dari kecenderungan mereka dalam mengonsumsi konten visual yang lebih ringkas, interaktif, dan emosional.
Alih-alih membaca artikel panjang tentang tips skincare, misalnya, banyak dari mereka lebih memilih menonton video 30 detik di TikTok yang langsung menunjukkan langkah-langkah penggunaannya. Cara ini terasa lebih nyata, relatable, dan mudah diakses.
TikTok dan Instagram
Siapa sangka, dua platform media sosial yang awalnya dirancang untuk hiburan kini mulai mengambil alih peran Google sebagai tempat orang mencari informasi? Menurut laporan SOCI, sebanyak 67% Gen Z menggunakan Instagram untuk pencarian, diikuti oleh TikTok (62%), dan Google (61%).
TikTok, dengan sistem hashtag dan algoritma cerdasnya, kini menjadi tempat mencari rekomendasi makanan, ulasan produk, hingga saran karier. Instagram pun ikut berkembang sebagai ruang eksplorasi yang tak hanya visual, tapi juga informatif.
Platform-platform ini menawarkan pengalaman pencarian yang jauh lebih kontekstual. Seseorang tidak hanya mendapatkan jawaban, tapi juga gaya, suasana, dan bahkan komentar dari pengguna lain sebagai bagian dari informasi.
Google Menyesuaikan Diri
Melihat tren ini, Google kembali mengambil langkah adaptif dengan menambahkan tab Short Videos dalam hasil pencariannya. Kini, ketika pengguna mencari topik tertentu, mereka bisa langsung melihat video pendek dari platform seperti TikTok, Instagram Reels, hingga YouTube Shorts di hasil pencarian Google.
Tab ini memberikan keunggulan tersendiri:
-
Lebih menarik secara visual: konten tidak lagi hanya berupa teks dan tautan, tapi juga video dengan durasi singkat yang menjelaskan informasi secara langsung.
-
Menghadirkan tren terbaru: konten viral dari berbagai platform ditampilkan di hasil pencarian, memudahkan pengguna mengikuti tren.
-
Format fleksibel: pengguna bisa memilih apakah ingin membaca artikel, menonton video panjang, atau melihat klip singkat sesuai preferensi.
Langkah ini menegaskan bahwa Google tak ingin sekadar menjadi “alat pencari,” tapi juga ruang eksplorasi yang interaktif dan menyenangkan, khususnya bagi audiens muda.
Data Menunjukkan Penurunan Dominasi Google
Lantas, apakah dominasi Google benar-benar mulai memudar? Data dari StatCounter menunjukkan bahwa pada Desember 2024, pangsa pasar global Google turun menjadi 89,73%. Ini adalah pertama kalinya sejak 2015 angka tersebut berada di bawah 90%.
Meskipun angkanya masih tinggi, tren ini menunjukkan adanya pergeseran nyata. Google tak lagi satu-satunya penguasa dalam ranah pencarian online. Faktor utama penyebabnya adalah perubahan perilaku pengguna, khususnya Gen Z yang semakin terbiasa dengan AI dan media sosial.
Namun, penting untuk diingat bahwa Google masih menjadi pilihan utama bagi generasi yang lebih tua. Survei terbaru mengungkapkan bahwa 79% pengguna berusia 55-64 tahun masih mengandalkan Google Search, diikuti oleh kelompok usia 35-44 tahun (76%) dan 45-54 tahun (74%). Artinya, Google masih memegang pengaruh besar, hanya saja kini harus berbagi panggung.
Adaptasi adalah Kunci
Google tidak sepenuhnya tergeser. Raksasa teknologi ini justru menjadikan tantangan ini sebagai pemicu untuk berinovasi lebih jauh. Pengembangan AI Overview, integrasi konten visual, dan pendekatan personalisasi menunjukkan bahwa Google siap bertransformasi.
Pendekatan adaptif Google terlihat jelas dalam beberapa inisiatif berikut:
-
Integrasi AI pada pencarian: jawaban lebih ringkas dan instan.
-
Penambahan konten video pendek: sesuai gaya konsumsi Gen Z.
-
Personalisasi hasil pencarian: berdasarkan riwayat, lokasi, dan kebiasaan pengguna.
-
Kredibilitas sumber: tetap mengutamakan informasi yang valid dan terpercaya.
Strategi ini memungkinkan Google untuk tetap relevan, tidak hanya bagi kalangan profesional dan akademisi, tetapi juga untuk generasi muda yang lebih menyukai kecepatan dan gaya pencarian yang kreatif.
Apakah Google Akan Ditinggalkan Gen Z?
Ini menjadi pertanyaan besar di benak banyak orang. Apakah Generasi Z benar-benar akan meninggalkan Google?
Jawabannya tidak sesederhana “ya” atau “tidak”. Meskipun ada pergeseran signifikan, kemungkinan besar Gen Z tidak akan sepenuhnya meninggalkan Google. Namun, mereka akan lebih selektif dalam menggunakannya.
Untuk pencarian yang memerlukan jawaban kompleks, valid, dan komprehensif, Google tetap menjadi pilihan utama. Sementara untuk kebutuhan cepat, ringan, dan visual, mereka akan beralih ke platform seperti TikTok, Instagram, atau AI seperti ChatGPT.
Ini artinya, Google bukan digantikan, tetapi dilengkapi.
Kesimpulan
Pola pencarian informasi sedang berubah secara drastis. Google, yang selama dua dekade terakhir menjadi pemimpin absolut dalam dunia mesin pencari, kini menghadapi dinamika baru. Dari AI generatif seperti ChatGPT hingga dominasi visual ala TikTok dan Instagram, cara orang mencari informasi tidak lagi seperti dulu.
Generasi Z memelopori pergeseran ini. Mereka lebih cepat, visual, dan menyukai pengalaman yang interaktif. Google, dengan segala kapasitas dan sumber dayanya, tampaknya menyadari hal tersebut dan terus berinovasi agar tetap menjadi bagian dari ekosistem digital masa depan.
Bagi Anda yang bergerak di dunia konten digital, pemasaran, atau bisnis online, perubahan ini menjadi pengingat penting: strategi SEO dan penyajian konten harus terus berkembang. Tidak cukup hanya menargetkan kata kunci, tetapi juga bagaimana menyampaikan informasi dengan format yang sesuai preferensi audiens baru.
Akhirnya, masa depan pencarian bukan hanya milik Google atau ChatGPT, melainkan milik siapa pun yang mampu memahami dan beradaptasi dengan cara berpikir dan berperilaku generasi masa kini.