Sedulur Papat Kalimo Pancer adalah salah satu ajaran adiluhung dalam budaya Jawa. Konsep ini mengajarkan bahwa setiap manusia lahir tidak pernah sendirian. Ada empat saudara gaib (sedulur papat) yang menyertai, serta satu pusat diri (pancer) yang menjadi inti kehidupan.
Empat saudara itu ialah:
1. Kakang Kawah – ari-ari (plasenta)
2. Adhi Getih – darah
3. Puser – tali pusar
4. Ari-ari / Lamas – cairan ketuban
Sedangkan pancer adalah roh manusia itu sendiri. Keempatnya membentuk kesatuan yang dipercaya memberi perlindungan, keseimbangan, dan energi hidup.
Catur Sanak di Bali
Di Bali, ajaran ini dikenal dengan sebutan Catur Sanak. Masyarakat Bali mempercayai bahwa bayi lahir bersama empat saudara spiritual: Ari-ari, Getih, Lamas, Yeh Nyom. Tradisi Bali bahkan melakukan ritual khusus mengubur ari-ari sebagai bentuk penghormatan pada saudara gaib tersebut.
Dulur Opat Kalima Pancer di Sunda
Dalam tradisi Sunda Buhun, istilahnya juga hampir sama: Dulur Opat Kalima Pancer. Empat unsur yang menyertai bayi sejak lahir dihormati sebagai bagian dari penjaga hidup, sementara pancer tetap merujuk pada diri manusia.
Penjaga Empat Arah dalam Budaya Batak
Masyarakat Batak mengenal konsep serupa dengan sebutan Sombaon, yaitu empat roh penjaga arah mata angin. Manusia menjadi pusat (pancer) yang dijaga oleh empat kekuatan dari empat penjuru.
Konsep Serupa di Minangkabau dan Melayu
Di Minangkabau serta tradisi Melayu lama, dikenal istilah saudara gaib empat atau bayang-bayang yang lahir bersama manusia. Doa adat menyebutnya sebagai penjaga batin yang selalu mendampingi sejak lahir hingga akhir hayat.
Jejak dalam Hindu dan Buddhisme
Dalam Hindu India dikenal konsep Catur Lokapala, empat dewa penjaga arah (Indra, Yama, Varuna, Kubera) dengan pusat kosmis sebagai jiwa.
Dalam Buddhisme Tibet, ada konsep lha bzhi dang dbu gcig – empat roh penjaga dan satu pusat.
Kearifan Nusantara yang Universal
Meski berbeda nama, ajaran ini memiliki inti yang sama: manusia lahir bersama kekuatan penjaga dari empat arah dan satu pusat diri. Dari Jawa, Bali, Sunda, Batak, Minangkabau hingga India dan Tibet, kearifan ini menunjukkan bahwa manusia tidak pernah hidup sendirian.
Sedulur Papat Kalimo Pancer adalah pengingat bahwa hidup kita senantiasa dilindungi, diseimbangkan, dan diarahkan oleh kekuatan gaib yang menyertai sejak lahir.