Di tengah arus deras informasi yang mengalir di media sosial dan percakapan sehari-hari, banyak mitos kesehatan berkembang tanpa dasar ilmiah yang jelas. Salah satu mitos yang cukup populer, khususnya di kalangan perempuan, adalah anggapan bahwa minum teh bisa menyebabkan “rahim kering“, sehingga menyulitkan perempuan untuk hamil.
Mitos ini menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu dan bahkan bisa memengaruhi pola konsumsi harian banyak orang. Dalam artikel ini, kita akan membongkar kebenaran di balik klaim tersebut berdasarkan pandangan medis yang kompeten. Apakah benar teh bisa mengganggu kesuburan? Ataukah ini hanyalah salah kaprah yang diwariskan turun-temurun?
Apa Itu “Rahim Kering”?
Sebelum membahas dampak teh, penting untuk memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan “rahim kering”. Istilah ini tidak dikenal dalam dunia medis. Istilah tersebut biasanya digunakan secara awam untuk menggambarkan kondisi di mana perempuan sulit hamil, seolah-olah rahimnya tidak ‘subur’ atau tidak ‘siap’ menerima kehamilan.
Dalam dunia kedokteran, penyebab sulit hamil sangat kompleks. Bisa berasal dari gangguan hormon, gangguan ovulasi, kualitas sel telur atau sperma, gangguan tuba falopi, hingga faktor gaya hidup dan nutrisi. Tidak ada satupun studi ilmiah yang menyebutkan bahwa konsumsi teh secara langsung dapat membuat rahim menjadi “kering”.
Pandangan Medis: Teh Tidak Menyebabkan Rahim Kering
Dr. Achmad Kemal Harzif, seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi serta ahli fertilitas endokrinologi reproduksi dari FKUI-RSCM, menegaskan bahwa klaim minum teh menyebabkan rahim kering tidak didukung bukti ilmiah.
“Teh tidak apa-apa diminum dan tidak bikin rahim kering. Rahim itu regenerasinya hebat sekali,” ujarnya sebagaimana dikutip dari CNN Indonesia pada 3 Juni 2025.
Artinya, secara biologis, rahim perempuan memiliki kemampuan regenerasi yang luar biasa, terutama melalui siklus menstruasi bulanan yang melibatkan peluruhan dan pembentukan kembali lapisan endometrium (lapisan dalam rahim). Minuman seperti teh tidak memiliki efek langsung terhadap proses regenerasi ini.
Tanin dalam Teh dan Hubungannya dengan Zat Besi
Meskipun teh tidak berbahaya bagi rahim, ada satu aspek yang perlu dipahami: kandungan tanin dalam teh. Tanin adalah senyawa alami yang memberikan rasa pahit dan sepat pada teh. Namun, senyawa ini juga diketahui dapat menghambat penyerapan zat besi di saluran pencernaan.
Zat besi sendiri merupakan mineral penting yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, terutama bagi perempuan usia subur. Zat besi berperan dalam pembentukan sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh, termasuk ke organ reproduksi.
Jika seseorang mengalami kekurangan zat besi, atau yang dikenal dengan anemia defisiensi besi, maka tubuhnya akan kekurangan pasokan oksigen yang memadai. Kondisi ini bisa berdampak pada berbagai sistem, termasuk sistem reproduksi.
Risiko Anemia dan Kesuburan
Dr. Kemal menjelaskan, di Indonesia masih banyak orang yang memiliki pola makan rendah zat besi, terutama jika konsumsi protein hewani terbatas. Kebiasaan minum teh setelah makan bisa memperburuk kondisi ini, karena tanin dalam teh mengikat zat besi dari makanan dan menghambat penyerapannya oleh tubuh.
Jika tidak ditangani, anemia defisiensi zat besi dapat memengaruhi kesuburan. Misalnya, tubuh yang kekurangan zat besi bisa mengalami gangguan ovulasi, kelelahan kronis, dan penurunan libido. Namun, penting digarisbawahi bahwa ini bukan karena teh menyebabkan kerusakan pada rahim, melainkan karena kombinasi antara pola makan kurang zat besi dan konsumsi teh yang tidak dikontrol.
Tips Aman Mengonsumsi Teh untuk Perempuan Usia Subur
Bukan berarti perempuan harus menghindari teh sepenuhnya. Teh mengandung antioksidan, seperti polifenol, yang bisa memberikan manfaat bagi kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah wajar. Berikut beberapa tips agar konsumsi teh tidak mengganggu penyerapan zat besi:
Jangan Minum Teh Tepat Setelah Makan
Beri jeda sekitar satu jam setelah makan sebelum minum teh. Ini memberi waktu bagi tubuh untuk menyerap zat besi secara optimal.Batasi Konsumsi Teh dalam Sehari
Hindari konsumsi teh berlebihan, terutama dalam bentuk teh hitam yang tinggi tanin. Dua hingga tiga cangkir per hari umumnya aman, tergantung pada kebutuhan dan kondisi tubuh.Konsumsi Makanan Kaya Zat Besi
Perbanyak makanan sumber zat besi seperti daging merah, hati, ikan, bayam, dan kacang-kacangan. Bila perlu, konsultasikan dengan dokter tentang suplementasi zat besi.Tambahkan Sumber Vitamin C saat Makan
Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi non-heme (zat besi dari tumbuhan). Buah-buahan seperti jeruk, kiwi, atau stroberi bisa menjadi pilihan pendamping makanan.Cermati Tanda-tanda Anemia
Mudah lelah, kulit pucat, sering pusing, dan detak jantung cepat bisa menjadi gejala anemia. Jika mengalami gejala ini, segera konsultasikan ke dokter.
Membedakan Mitos dan Fakta dalam Informasi Kesehatan
Mitos seperti “teh bikin rahim kering” menunjukkan betapa pentingnya literasi kesehatan dalam masyarakat. Banyak informasi menyebar tanpa landasan ilmiah, dan seringkali memperkuat kecemasan yang tidak berdasar.
Sumber terpercaya seperti tenaga kesehatan profesional, jurnal ilmiah, dan lembaga resmi perlu dijadikan rujukan utama. Berhati-hati dalam menyebarkan informasi yang belum terverifikasi juga merupakan bentuk tanggung jawab sosial.
Kesimpulan
Mitos seputar teh yang konon bisa menyebabkan rahim kering dan menyulitkan perempuan untuk hamil tidak memiliki dasar ilmiah. Rahim perempuan adalah organ yang memiliki kemampuan regeneratif luar biasa, dan teh tidak memengaruhi kesuburan secara langsung.
Namun, kebiasaan minum teh berlebihan bisa berdampak pada penyerapan zat besi, terutama jika pola makan sehari-hari rendah zat besi. Jika tidak disiasati dengan baik, hal ini bisa berujung pada anemia yang berdampak pada sistem reproduksi.
Kuncinya adalah keseimbangan: tidak berlebihan, memahami konteks nutrisi, dan bijak dalam memilih waktu konsumsi. Dan yang terpenting, jangan mudah percaya pada mitos yang tidak berdasar sains.