Benarkah Kentut Bisa Menyebabkan Mata Merah? Ini Penjelasan Medisnya

Redaksi

Benarkah Kentut Bisa Menyebabkan Mata Merah? Ini Penjelasan Medisnya

Tak sedikit orang percaya bahwa kentut bisa menyebabkan mata merah. Anggapan ini sudah lama beredar di masyarakat dan bahkan sering menjadi bahan candaan di media sosial. Namun, di balik kelucuan itu, ada pertanyaan serius yang menarik untuk dikupas: apakah benar kentut dapat membuat mata seseorang menjadi merah?

Untuk menjawabnya, kita perlu memahami terlebih dahulu apa yang disebut dengan mata merah atau konjungtivitis.

Mengenal Konjungtivitis dan Penyebabnya

Konjungtivitis adalah peradangan atau infeksi pada konjungtiva, yaitu selaput bening yang menutupi bagian putih mata (sklera) dan bagian dalam kelopak mata. Saat peradangan terjadi, mata bisa tampak kemerahan, terasa gatal, berair, hingga perih.

Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai hal ~mulai dari infeksi virus, bakteri, alergi, hingga iritasi akibat polusi atau asap rokok. Dalam beberapa kasus, konjungtivitis bersifat menular dan dapat menyebar melalui kontak langsung dengan penderita atau benda yang terkontaminasi cairan dari mata.

Asal Mula Mitos: Kentut Bikin Mata Merah

Mitos bahwa kentut bisa menyebabkan mata merah berawal dari pemahaman yang keliru tentang penyebaran bakteri. Banyak orang beranggapan bahwa udara yang keluar saat seseorang kentut mengandung bakteri berbahaya yang bisa menular ke orang lain. Jika kentut diarahkan ke wajah seseorang, katanya, mata orang itu bisa memerah.

Padahal, menurut penjelasan medis yang dikutip dari laman kesehatan Health pada Kamis, 9 Oktober 2025, kentut sama sekali tidak melepaskan bakteri atau virus penyebab konjungtivitis ke udara. Gas yang keluar dari tubuh hanyalah hasil fermentasi makanan di dalam usus, bukan media pembawa bakteri yang bisa menular lewat udara.

Mengapa Mitos Ini Bisa Tercipta

Baca Juga:
8 Jus Alami untuk Redakan Sakit Kepala dengan Efektif

Kesalahpahaman ini kemungkinan muncul karena infeksi mata memang bisa disebabkan oleh bakteri yang berasal dari tinja manusia. Seseorang bisa terkena konjungtivitis jika menyentuh matanya dengan tangan yang belum dicuci setelah buang air besar. Tinja mengandung berbagai bakteri, seperti E. coli, yang dapat menimbulkan infeksi ketika masuk ke jaringan mata.

Namun, penting dipahami bahwa kentut tidak mengeluarkan partikel padat atau feses. Gas yang keluar tidak cukup kuat untuk membawa bakteri ke udara, apalagi hingga menyebabkan infeksi pada orang lain. Selain itu, pakaian dalam dan celana berfungsi sebagai penghalang alami yang mencegah partikel apa pun menyebar ke luar tubuh.

Penjelasan Ilmiah: Kentut Tidak Menulari Mata

Secara ilmiah, kentut adalah proses alami pencernaan. Gas yang keluar umumnya terdiri dari nitrogen, karbon dioksida, hidrogen, dan metana. Tidak ada bukti medis yang menunjukkan bahwa gas ini membawa bakteri hidup yang bisa menimbulkan penyakit.

Sementara itu, bakteri penyebab konjungtivitis—seperti Staphylococcus aureus atau Chlamydia trachomatis—tidak bisa bertahan hidup lama di udara terbuka. Apalagi di dalam gas kentut yang tidak menyediakan medium hidup bagi mikroorganisme. Jadi, secara ilmiah, kemungkinan penularan infeksi mata melalui kentut adalah nol.

Penyebab Nyata Mata Merah

Daripada menyalahkan kentut, ada banyak penyebab nyata yang bisa membuat mata merah. Beberapa di antaranya:

Infeksi virus atau bakteri akibat kebersihan tangan yang buruk.

Alergi terhadap debu, serbuk bunga, atau bulu hewan peliharaan.

Iritasi dari asap rokok, polusi udara, atau bahan kimia.

Kelelahan mata karena terlalu lama menatap layar gadget.

Kurang tidur dan dehidrasi yang membuat pembuluh darah di mata melebar.

Mata merah juga bisa disebabkan oleh penggunaan lensa kontak yang tidak steril atau tidak diganti tepat waktu. Kondisi ini sering kali membuat mata perih, berair, dan sensitif terhadap cahaya.

Baca Juga:
Diet Olahragawan: Tips Nutrisi untuk Meningkatkan Performa dan Mencapai Target

Kentut

Menjaga Kebersihan Diri adalah Kunci

Para dokter mata menegaskan bahwa menjaga kebersihan pribadi adalah langkah paling efektif untuk mencegah konjungtivitis. Kebiasaan sederhana seperti mencuci tangan sebelum menyentuh wajah dapat menurunkan risiko infeksi secara signifikan.

Beberapa tips sederhana yang disarankan:

Rajin mencuci tangan dengan sabun, terutama setelah menggunakan toilet.

Hindari mengucek mata dengan tangan kotor.

Gunakan handuk dan tisu pribadi, jangan berbagi dengan orang lain.

Bersihkan lensa kontak sesuai petunjuk dokter.

Gunakan pelindung mata bila sering berada di tempat berdebu.

Hindari paparan asap rokok dan polusi.

Perspektif Medis: Kentut Adalah Hal Alami

Dalam pandangan medis, kentut justru merupakan tanda bahwa sistem pencernaan bekerja dengan baik. Gas yang dihasilkan dari fermentasi makanan di usus adalah bagian dari proses alami tubuh. Jadi, kentut bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti, apalagi dikaitkan dengan penyakit mata.

Yang justru perlu diwaspadai adalah perilaku tidak higienis setelah buang air besar. Menyentuh mata tanpa mencuci tangan adalah salah satu penyebab paling umum konjungtivitis, bukan kentut itu sendiri.

Kesimpulan: Kentut Tidak Menyebabkan Mata Merah

Dari seluruh penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kentut tidak bisa menyebabkan mata merah. Tidak ada bukti ilmiah, medis, maupun logika biologis yang mendukung klaim tersebut. Kentut hanyalah gas yang keluar dari sistem pencernaan dan tidak membawa bakteri penyebab penyakit.

Yang perlu diwaspadai adalah kebersihan diri. Konjungtivitis umumnya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri akibat tangan yang kotor atau kontak langsung dengan penderita.

Jadi, jika ada yang mengatakan “mata merah gara-gara kena kentut,” kamu bisa tersenyum sambil menjawab, itu hanya mitos lama tanpa dasar ilmiah.

Baca juga:

Baca Juga:
Fitness untuk Pemula: Panduan Lengkap untuk Memulai Perjalanan Kebugaran Anda

Benarkah Menahan Kentut Bisa Sebabkan Sakit Perut dan Perut Buncit?

Lima Kebiasaan Sepele yang Diam-diam Merusak Kesehatan Mata

Cara Menjaga Kebersihan Diri agar Terhindar dari Penyakit Menular

Catatan Redaksi:

Tulisan ini merupakan bagian dari rubrik Kesehatan & Edukasi Publik Saromben.com, yang berkomitmen menyajikan informasi berbasis fakta medis dan verifikasi ilmiah untuk melawan hoaks kesehatan yang beredar di masyarakat.

https://Saromben.com