Antara Pulsa dan Profesi: Kisah Zanni, Penjual Pulsa di Pelosok Situbondo yang Tetap Bertahan di Era Digital

Redaksi

SITUBONDO ~ Di sebuah dusun kecil bernama Tanjung Sari Timur, di tepian Desa Tanjung Kamal, Kecamatan Mangaran, Kabupaten Situbondo, seorang pria bernama Zanni (Ahmad Muzanni) setiap pagi membuka pintu konternya yang sederhana. Di balik papan bertuliskan “Isi Pulsa, Paket Data & Token Listrik”, tersimpan kisah perjuangan seorang pekerja keras yang menolak menyerah di tengah derasnya arus digitalisasi.

Konter itu mungil, berdiri di pinggir jalan yang tak selalu ramai. Namun di sanalah denyut komunikasi warga desa mengalir. Di balik bangunan kecil, Zanni duduk sambil memandangi layar ponsel yang jarang berdering pesan pesanan.
“Kalau sepi, pikiran jadi gabut,” katanya sambil tersenyum pasrah. “Kadang nunggu pembeli berjam-jam, tapi tetap harus siap melayani.”

Dari Konter Kecil, Menghubungkan Dunia
Zanni bukan hanya penjual pulsa biasa. Ia adalah penghubung komunikasi bagi warga di pelosok Situbondo, wilayah yang sebagian warganya masih terbiasa melakukan transaksi secara langsung ketimbang daring. Bagi mereka, konter Zanni adalah tempat yang akrab ~ tempat isi pulsa, bayar token listrik, atau sekadar berbincang ringan sambil menunggu sinyal muncul di ponsel mereka.
“Kadang malam-malam ada warga datang isi token listrik, saya layani juga,” ujarnya sambil tertawa kecil. “Nggak tega nolak, apalagi kalau listrik mereka bisa mati.”
Usahanya ini ia jalani karena ingin mandiri secara ekonomi, sekaligus tetap dekat dengan keluarga di rumah.

Pulsa

Membagi Waktu antara Profesi dan Usaha Pribadi
Selain menjaga konter di desa, Zanni juga bekerja di Profeder Indosat di MC Situbondo ~ bagian dari jaringan distribusi Indosat Ooredoo Hutchison yang melayani wilayah Tapal Kuda Jawa Timur.
Setiap pagi ia berangkat ke kantor untuk menangani urusan jaringan dan laporan penjualan kartu perdana. Sore hari, ia kembali ke konternya, mengganti kemeja kerja dengan kaus polos, lalu menata etalase kecil yang menjadi sumber penghasilannya sendiri.
“Capek iya, tapi saya bangga,” katanya dengan nada yakin. “Setidaknya bisa bantu warga sekitar tetap terhubung, dan bantu ekonomi keluarga juga.”

Baca Juga:
Harga Kendaraan Naik: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Mobil dan Motor

Dua dunia ~ korporasi dan usaha mikro ~ dijalaninya dengan disiplin. Zanni belajar banyak tentang sistem jaringan dan strategi penjualan dari profesinya di Indosat, lalu menerapkannya di konternya sendiri. Ia mengatur stok, promosi, hingga mencatat transaksi dengan cara manual maupun digital.
“Kalau menyerah, siapa lagi yang bantu warga isi pulsa di sini?” ujarnya lirih, menatap deretan kartu perdana yang tergantung di konter.

Pelosok Bukan Penghalang untuk Tetap Produktif
Tantangan terbesar Zanni bukan hanya soal modal, tetapi juga soal akses jaringan dan infrastruktur digital. Di beberapa titik di Tanjung Kamal, sinyal sering melemah, membuat transaksi daring tidak selalu lancar. Namun Zanni tidak kehilangan semangat.
“Kalau jaringan putus, ya sabar saja. Biasanya saya sambil beresin konter, ngopi, atau ngobrol sama warga yang mampir,” katanya ringan.
Menurutnya, semangat bertahan adalah kunci. Meskipun tinggal di pelosok, ia ingin membuktikan bahwa produktivitas tidak harus lahir dari kota besar.
Kisah seperti Zanni mencerminkan wajah ekonomi mikro di pedesaan Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM), lebih dari 60% UMKM di Indonesia masih beroperasi di wilayah non-perkotaan, dan sebagian besar belum sepenuhnya terhubung ke ekosistem digital.
Namun perlahan, tren itu mulai berubah.

Pulsa

Digitalisasi Desa dan Harapan Ekonomi Mikro
Program digitalisasi desa yang digalakkan pemerintah melalui SDGs Desa membuka peluang besar bagi pelaku usaha mikro seperti Zanni. Salah satunya lewat kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) SDGs UPN “Veteran” Jawa Timur, yang beberapa waktu lalu membantu masyarakat desa mengenal sistem pemasaran digital dan transaksi online.

Baca juga:  Program Digitalisasi UMKM oleh Mahasiswa KKN SDGs UPN Jatim di Saromben.com

Baca Juga:
Perlindungan Cerdas, Asuransi Kecelakaan Modern

Zanni mengaku ingin ikut belajar jika ada pelatihan serupa di desanya. “Kalau bisa belajar jualan online, saya mau banget. Biar konter ini bisa lebih maju,” ucapnya antusias.
Langkah kecil seperti itu penting untuk mewujudkan pemerataan ekonomi digital, yang menjadi fokus utama pembangunan di wilayah perdesaan.
Pemerintah Kabupaten Situbondo sendiri juga terus berupaya memperkuat jaringan internet di pelosok melalui kerja sama dengan berbagai operator seluler.
Kunjungi situs resmi: situbondokab.go.id

Zanni dan Makna Ketahanan Ekonomi Lokal
Zanni sadar, konternya mungkin kecil, tapi keberadaannya penting bagi warga sekitar. Ia menjadi bagian dari rantai distribusi digital yang menjaga akses komunikasi masyarakat di wilayah yang belum sepenuhnya modern.
Ekonom lokal menyebut fenomena seperti ini sebagai “resiliensi ekonomi mikro” ~ kemampuan individu dan komunitas kecil untuk tetap bertahan meski dihadapkan pada perubahan besar di sektor industri dan teknologi.

Menurut laporan Kompas.com, pelaku usaha mikro yang beradaptasi dengan teknologi memiliki peluang peningkatan pendapatan hingga 30% dibandingkan yang tidak memanfaatkan platform digital.
Namun bagi Zanni, angka itu bukan ukuran utama. “Saya nggak mikir besar-besaran, yang penting bisa jalan terus. Kalau warga butuh pulsa, saya ada,” katanya.

Peran Profeder Indosat dan Jaringan Kemitraan
Sebagai bagian dari Profeder Indosat, Zanni juga menjadi penghubung antara operator besar dan konsumen di lapangan. Ia ikut mengedukasi pelanggan tentang produk baru, paket internet hemat, hingga cara aktivasi kartu perdana.
“Kadang orang desa bingung cara isi kuota, saya bantuin,” katanya.
Baginya, membantu warga bukan sekadar pekerjaan, tapi bentuk kepedulian.

Pulsa

Lihat juga: Indosat Ooredoo Hutchison – Profil dan Program Kemitraan
Profeder Indosat sendiri merupakan jaringan kemitraan distribusi yang berperan besar dalam memperluas akses layanan digital ke pelosok. Melalui tenaga seperti Zanni, perusahaan memastikan jangkauan layanan tidak berhenti di kota besar, tetapi juga menyentuh desa terpencil seperti Tanjung Kamal.

Baca Juga:
Peluang Bisnis Makanan Kekinian yang Dijamin Viral di 2025

Harapan bagi Pelaku Usaha Mikro Desa
Meski kerap dilanda sepi, Zanni tetap berharap pemerintah dan perusahaan besar bisa lebih memperhatikan pelaku usaha kecil di desa.
“Kalau jaringan lancar dan ada pelatihan digital, konter kecil kayak saya bisa ikut berkembang,” tuturnya optimis.
Ia juga mengajak anak muda desa untuk tidak malu memulai usaha dari kecil. “Mulai dari jual pulsa pun bisa. Yang penting konsisten dan jujur,” pesannya.

Simak juga: Perkembangan Ekonomi Kreatif Desa di Kabupaten Situbondo
Artikel terkait: Literasi Digital dan Citra di Era Teknologi

Pulsa

Analisis Singkat: Cermin Ekonomi Desa di Era Digital
Kisah Zanni adalah cerminan sederhana tapi kuat dari wajah ekonomi desa di era digital. Ia bukan hanya pedagang pulsa, tapi simbol ketahanan sosial-ekonomi masyarakat kecil yang tetap beradaptasi meski dalam keterbatasan.
Pemerintah dan perusahaan swasta perlu melihat sosok seperti Zanni sebagai mitra penting dalam memperkuat ekosistem digital nasional.
Transformasi digital bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga soal manusia ~ mereka yang menjaga konektivitas, satu pulsa demi satu, di pelosok negeri.

Profil Singkat
Nama Lengkap: Ahmad Muzanni (Zanni)
Asal: Dusun Tanjung Sari Timur, Desa Tanjung Kamal, Kecamatan Mangaran, Kabupaten Situbondo
Pekerjaan: Pegawai Profeder Indosat MC Situbondo & Pemilik Konter Pulsa
Usaha: Penjualan pulsa, paket data, token listrik
Motivasi: Membantu warga desa tetap terhubung dengan layanan komunikasi
Cita-cita: Mengembangkan usaha konter digital dan membuka lapangan kerja lokal

Penulis: Chemoth|htpps://Saromben.com