Oleh: Saromben.com
Program Makan Bergizi Gratis yang digagas Presiden Prabowo Subianto disambut hangat masyarakat. Sebuah cita-cita sederhana namun penuh makna: setiap anak bangsa berhak tumbuh sehat tanpa harus khawatir soal isi piringnya. Di tengah tingginya angka stunting dan kesenjangan gizi, program ini adalah angin segar.
Namun, seperti setiap kebijakan besar, ia tak datang tanpa tantangan. Pertama, soal anggaran. Memberi makan jutaan anak setiap hari bukanlah perkara kecil. Transparansi pengelolaan dana menjadi kunci agar program ini tidak terjebak dalam pemborosan atau penyalahgunaan. Kedua, soal distribusi. Indonesia bukan hanya Jakarta, tapi ribuan pulau dengan akses jalan, laut, bahkan udara yang tak selalu mulus. Apakah pemerintah siap memastikan anak-anak di pelosok Papua atau pulau kecil di Maluku mendapat hak yang sama seperti mereka yang tinggal di kota besar?
Di sisi lain, program ini membuka peluang ekonomi kerakyatan. Jika pengadaan bahan pangan melibatkan petani lokal, nelayan kecil, dan UMKM daerah, maka dampaknya akan berlipat ganda: anak-anak sehat, petani sejahtera, ekonomi desa bergerak. Namun bila justru dikuasai oleh korporasi besar, maka ia hanya akan menambah daftar panjang ketimpangan.
Kita juga perlu melihat aspek kultural. Makanan bukan sekadar kebutuhan fisik, melainkan bagian dari identitas dan kebudayaan. Akan lebih baik bila menu yang disajikan tidak hanya bergizi, tetapi juga akrab dengan lidah dan tradisi lokal. Bayangkan indahnya, anak-anak Papua menikmati ikan segar, anak-anak Jawa dengan sayur lodeh, anak-anak Sumatera dengan gulai khas mereka. Program nasional, tapi rasa tetap Nusantara.
Sebagai media, kami melihat program ini bukan hanya urusan pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama. Masyarakat perlu mengawasi, akademisi perlu memberi masukan, dan media perlu menyuarakan suara-suara kecil yang kerap tak terdengar.
Program Makan Bergizi Gratis adalah janji besar. Bila berhasil, ia akan menjadi warisan berharga bagi bangsa. Namun bila gagal, ia akan menambah daftar kekecewaan rakyat. Karena itu, mari kita kawal dengan jujur, kritis, dan penuh cinta pada masa depan anak Indonesia.