Oleh: Azis Chemoth | Saromben.com
Situbondo, 30 Juli 2025
Imbauan dari pihak berwenang bahwa stok BBM di wilayah Situbondo dinyatakan aman seharusnya menjadi kabar menggembirakan. Namun, realitas di lapangan berkata lain. Antrean kendaraan terus mengular di sejumlah SPBU dari pagi hingga malam, bahkan dalam beberapa hari terakhir, situasinya semakin memburuk.
Warga mengeluh, para pengemudi resah, dan suasana jalanan menjadi semrawut akibat antrean yang memakan badan jalan. Sementara itu, di media sosial, foto-foto antrean panjang dan komentar pedas terus bermunculan.
Lantas, muncul pertanyaan yang mulai mengendap di benak publik:
“Apakah telah terjadi penimbunan BBM baik dalam skala kecil maupun besar yang luput dari pengawasan?”
Ketika Kenyataan Tak Selaras dengan Imbauan
Jika stok BBM benar-benar aman, mengapa warga harus mengantre berjam-jam hanya untuk mendapatkan beberapa liter Pertalite? Situasi ini mengindikasikan adanya potensi masalah yang lebih dalam, yang tak cukup dijawab dengan pernyataan normatif.
Kemungkinan pertama: distribusi yang tidak merata.
Kemungkinan kedua: hambatan di jalur logistik yang selama ini tidak pernah diumumkan ke publik.
Kemungkinan ketiga dan ini yang paling meresahkan terdapat permainan kotor di tingkat bawah, entah oleh oknum tertentu maupun praktik sistem yang tidak sehat, yang menyebabkan BBM “menghilang” dari jalur distribusi resmi dan berpindah ke tempat-tempat tertentu dengan harga jauh lebih tinggi.
Dalam kondisi seperti ini, kecurigaan publik bukanlah bentuk provokasi, melainkan ekspresi dari kegelisahan masyarakat yang merasa keadilan distribusi energi tidak ditegakkan.
BBM Bukan Sekadar Komoditas
BBM adalah nadi mobilitas rakyat, denyut ekonomi lokal, dan penggerak aktivitas sehari-hari. Ketika kehadirannya terganggu, yang terdampak bukan hanya pengemudi atau pelaku usaha, tetapi juga para orang tua yang tak bisa mengantar anak ke sekolah, petani yang tak bisa memompa air sawah, hingga pedagang kecil yang kehilangan omset karena keterlambatan distribusi barang.
Kondisi ini menciptakan ruang spekulasi yang subur. Warga mulai mengajukan pertanyaan yang wajar:
Ke mana sebenarnya BBM kita mengalir?
Siapa yang bermain di balik kelangkaan diam-diam ini?
Jika jawaban yang diterima hanya berupa pernyataan “stok aman”, maka kepercayaan publik akan semakin rapuh.
Mendesak Transparansi dan Penindakan Tegas
Pemerintah dan aparat penegak hukum dituntut untuk tidak hanya bicara soal pasokan, tetapi juga membuka data distribusi, menelusuri dugaan penyimpangan, dan menindak tegas pelaku yang bermain di balik kelangkaan.
Karena selama tidak ada transparansi dan langkah nyata, masyarakat akan terus bertanya-tanya dan menyusun spekulasi mereka sendiri.
Dan dalam pusaran spekulasi itu, tak jarang muncul ketidakpercayaan yang sulit dipulihkan.